Selasa, 28 Januari 2014

PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN STATUS GIZI, IMUNISASI, DAN RIWAYAT KONTAK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIAWI KAB. TASIKMALAYA



1.  PENDAHULUAN


Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium  tuberculosis.  Selain  itu, ditemukan  pula kuman Mycobacterium yang berbeda, yaitu Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. Tetapi dari   berbagai   jenis  Mycobacterium,   Mycobacterium   tuberculosis   merupakan kuman   yang   sangat   berbahaya   bagi   kesehatan   manusia.   Di   negara-negara berkembang,   kematian   akibat   Tuberkulosis   merupakan   25   %   dari   seluruh kematian,  yang sebenarnya  dapat dicegah.  Diperkirakan  bahwa 95 % penderita Tuberkulosis   berada   di   negara  berkembang,   termasuk   Indonesia.   Saat   ini, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara yang memiliki jumlah penderita TB terbanyak setelah India dan Cina (DepKes, 2002).
WHO  memperkirakan  dari  setiap 100.000  penduduk  Indonesia  terdapat

130 penderita  baru TB Paru dewasa bakteri tahan asam (BTA)  positif.  Namun angka kejadian TB pada anak belum diketahui secara pasti karena sulitnya mendiagnosa  TB pada anak.  Menurut  Kartasasmita  (2002),  mengatakan  bahwa seorang penderita  TB dewasa  dengan  BTA positif  akan menularkan  kepada 10 orang di lingkungannya terutama anak-anak. Sehingga bila prevalensi TB dewasa tinggi, tentu TB anak pun akan tinggi pula. Dan oleh karena itulah, sangat penting mendeteksi  TB  dewasa  sehingga setiap  anak  yang  mempunyai  resiko  tertular dapat diberikan pencegahan.
Usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan penyakit TB. Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan umur  0-6  tahun  dan  golongan  umur  7-14  tahun  (Samallo,  dalam  IKA-FKUI,
1998).  Namun  TB pada anak biasanya  jarang diteliti  dan cenderung  diabaikan, padahal infeksi TB pada anak apabila tidak terdeteksi lebih dini dan tidak diobati dengan  baik  dapat  menyebabkan penderitaan  berkepanjangan  bahkan menimbulkan  kematian.  Pada  anak,  kuman  TB  terutama  menyerang paru-paru (76%) dan kelenjar limfe (14%), sisanya kuman tersebut dapat menyerang organ- organ lainnya seperti otak, tulang, ginjal, hati dan usus (Antono, 2002).
Menurut Beaglehole  (1997), Long (1996), dan Whaley & Wong (1995), menyatakan  bahwa  faktor resiko yang  dapat  menimbulkan  penyakit  TB adalah


faktor genetik, malnutrisi (status gizi), imunisasi, riwayat kontak, dan lingkungan rumah.  Faktor  genetik  merupakan  faktor  yang  berperan  kecil  pada  insidensi kejadian TB (Fletcher, 1992).
Kondisi malnutrisi  akan menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu,

dengan  penurunan  daya  tahan  tubuh  akan  memudahkan  anak  untuk terkena penyakit   termasuk   penyakit   tuberkulosa   (Crofton,   Horne,   &  Miller,   1998). Imunisasi   yang   bertujuan   untuk  mencegah   terjadinya   penyakit  TB   adalah imunisasi   BCG.   Pemberian   Imunisasi   BCG  meninggikan   daya  tahan  tubuh terhadap  infeksi  oleh basil  tuberkulosis  yang  virulen,  sehingga  jika anak  tidak mendapatkan imunisasi BCG maka memungkinkan anak untuk terinfeksi kuman TB (Kartasasmita, 2002).
Ball & Blinder  (1999)  menjelaskan  bahwa TB  dapat  ditularkan melalui droplet. Jika seseorang mempunyai riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi TB, maka orang tersebut berpotensi untuk terinfeksi juga terutama pada anak-anak (Whaley & Wong, 1995). Selain itu, lingkungan rumah pun menurut Notoatmodjo (2003)   dapat   memberikan   pengaruh   terhadap   status   kesehatan   penghuninya termasuk dalam penyebaran kuman TB. Lingkungan rumah yang terkait dengan kejadian TB adalah meliputi lingkungan  fisik (ventilasi,  suhu, kelembaban,  dan pencahayaan) dan lingkungan sosial (kepadatan penghuni). Sehingga untuk mengetahui kondisi lingkungan rumah tersebut memerlukan pemeriksaan yang khusus dan sulit untuk dilakukan karena memerlukan alat & waktu yang khusus.
Berdasarkan  studi  pendahuluan,  Wilayah  kecamatan  Ciawi  kabupaten

Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang angka kejadian TB nya cukup tinggi.  Sehingga  dikaitkan  dengan  konsep-konsep  mengenai  TB, maka  peneliti tertarik untuk meneliti hubungan status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi kabupaten Tasikmalaya.


Perumusan Masalah

Adakah hubungan antara status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis  pada  anak  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Ciawi  kabupaten Tasikmalaya.


Definisi Konseptual dan Operasional a.   Status Gizi
Definisi Konseptual

Status gizi adalah kondisi atau keadaan nutrisi seseorang dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu  (Supariasa, 2002).
Definisi Operasional

Status  gizi  yang dimaksud  dalam penelitian  ini hasil rata-rata  penimbangan berat  badan  2  bulan  terakhir  sebelum  dideteksi  TB  untuk  yang kasus  dan kontrol yang dilihat dari KMS balita, kemudian dibandingkan dengan standar baku   WHO-NCHS.   Skala   pengukuran   Ordinal  kemudian   dikategorikan sebagai berikut:
0.  Gizi kurang     =  bila BB berada di dalam area garis putih

1.  Gizi baik         =  bila BB berada di bawah area garis putih



b.  Imunisasi

Definisi Konseptual

Imunisasi merupakan cara yang penting untuk melindungi dan mencegah anak dari  suatu  penyakit  dengan  menimbulkan  zat  imun  di  dalam  tubuh.  Jenis Imunisasi yang berhubungan dengan penyakit Tuberkulosa adalah BCG (UNICEF, 2002).
Definisi Operasional

Imunisasi  yang diteliti  di dalam penelitian  ini adalah untuk melihat  riwayat imunisasi BCG dengan melihat KMS. Skala pengukuran Ordinal dan dikategorikan:
0.   Tidak pernah, apabila anak tidak pernah mendapat imunisasi BCG

1.   Pernah, apabila anak pernah mendapat imunisasi BCG



c.   Riwayat kontak

Definisi Konseptual

Sumber  penularan  TB pada anak adalah  orang  dewasa  yang menderita  TB

aktif (BTA positif) (Depkes, 2002).



Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, riwayat kontak adalah jika anak ada kontak atau pernah berhubungan    dengan   orang   dewasa    yang   menderita    TB   aktif.    Skala pengukuran Ordinal, dengan kategori :
0.   Pernah,  apabila  anak  pernah  kontak  atau  berhubungan  dengan  orang dewasa yang menderita TB aktif.
1.   Tidak pernah, apabila anak tidak pernah kontak atau berhubungan dengan orang dewasa yang menderita TB aktif.


d.  Tuberkulosis

Definisi Konseptual

Tuberkulosis    adalah    penyakit    infeksi    menular    yang    disebabkan  oleh

Mycobacterium tuberculosis (DepKes, 2002).

Definisi Operasional

Kejadian Tuberkulosis pada penelitian  ini adalah kejadian tuberkulosis  yang baru didiagnosa  pada anak,  yaitu kurang dari 2 bulan. Skala pengukurannya ordinal, dengan kategori :
0.   TB   (anak   yang   menderita   TB   di wilayah   kerja   Puskesmas   Ciawi

Kabupaten Sumedang)

1.   Tidak  TB (anak  yang  tidak  menderita  TB  di  wilayah  kerja  Puskesmas

Ciawi Kabupaten Sumedang)




Hipotesa :

1.   Ada  hubungan antara status gizi dengan kejadian tuberkulosis

2.   Ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian tuberkulosis

3.   Ada hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis

4.   Ada    hubungan    antara    faktor    yang   paling    dominan    dengan    kejadai n tuberkulosis


2.  TINJAUAN PUSTAKA


Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium  tuberculosis.  Selain  itu, ditemukan  pula kuman Mycobacterium yang berbeda, yaitu Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. Tetapi dari   berbagai   jenis  Mycobacterium,   Mycobacterium   tuberculosis   merupakan kuman yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia (DepKes, 2002).
Penyakit TB pada anak merupakan penyakit sistemik yang dapat bermanifestasi   pada  berbagai   organ,   baik   organ   paru   maupun   ekstra   paru. Penyakit TB pada anak di dapatkan dari penularan oleh orang dewasa. Penularan dari orang dewasa yang menderita TB ini, biasanya melalui inhalasi butir sputum penderita  yang mengandung  kuman TB,  ketika  penderita  dewasa batuk,  bersin atau berbicara (Heinz, 1993).



Diagnosis TB pada anak

Diagnosis paling tepat untuk menentukan penyakit TB adalah dengan ditemukannya   kuman  TB  dari  bahan  yang  diambil  dari  penderita,  misalnya sputum,  bilas  lambung,  biopsi, dan lain-lain.  Namun pada anak,  hal ini sangat sulit dan jarang didapatkan hasilnya, sehingga sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan  atas gambaran  klinis, foto thoraks rongent dan uji tuberkulin.  Klein dan Isseman (1998, dalam Rosmayudi, 2002), menjelaskan TB dapat didiagnosis bila ditemukan 2 atau lebih hal berikut ini : 1) Ada riwayat kontak erat dengan kasus TB baik diketahui maupun suspek, 2) Gambaran  radiologik mengarah  ke TB,  3)  Tes  tuberkulin  posistif,  4)  BTA  positif,   5)  Batuk  >  2 minggu,  6) Kemungkinan  respon terhadap  pemberian  obat anti TB (berat  badan naik 10% setelah pengobatan 2 bulan, gejala menurun), 7) Reaksi cepat BCG, yaitu timbul kemerahan   di   lokasi   suntikan   dalam   3-7   hari   setelah   imunisasi,   dan     8) Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang spesifik.


Gejala Umum TB pada anak

1)  Asymptomatis

2)  Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut  tanpa sebab  yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik, nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh (failure to thrive).
3)  Demam  lama  atau berulang tanpa sebab  yang jelas (bukan thypoid,  malaria

atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

4)  Pembesaran  kelenjar  limfe  superfisialis  yang tidak sakit,  biasanya  multipel, paling sering muncul di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha (inguinal)
5)  Gejala-gejala  dari  saluran  nafas,  misalnya  batuk  lama  lebih  dari  30  hari (setelah  disingkirkan  sebab  lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada
6)  Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan  pengobatan  diare,  benjolan  (massa)  di  abdomen,  dan  tanda-tanda cairan dalam abdomen


Faktor-faktor yang beresiko terjadinya kejadian TB :

Menurut   Beaglehole   (1997),   Long   (1996),   dan   Whaley   &   Wong   (1995), menyatakan  bahwa  faktor resiko yang  dapat  menimbulkan  penyakit  TB adalah faktor  genetik,  malnutrisi,  imunisasi,  riwayat  kontak,  dan  lingkungan  rumah. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah mengenai malnutrisi (status gizi), status imunisasi, dan riwayat kontak.
1)  Status Gizi

Status gizi pada anak sangat penting, karena status gizi yang baik akan meningkatkan  daya  tahan  dan  kekebalan  tubuh  anak,  sehingga  anak  tidak mudah menderita  penyakit  TB. Dan bila terinfeksi  pun, anak dengan status gizi yang baik cenderung menderita TB ringan dibandingkan dengan yang gizi buruk.
Menurut Markum (1991), pada anak yang mengalami  kekurangan  gizi akan menimbulkan  penurunan  daya  tahan  tubuh  hal  ini  disebabkan  pada  anak dengan kekurangan  energi dan protein akan terjadi penurunan sintesis asam amino,  selain itu  juga akan  terjadi  perubahan  dalam  sel mediator  imunitas,


dalam fungsi bakterisidal netropil dan system komplemen dalam respon Ig A. sekresi  Ig  A  yang  rendah  bersamaan  dengan  penurunan  imunitas  makrosa akan  memudahkan  kolonisasi  dan kontak  antara  mikroorganisme  pathogen dan sel epitel.
2)  Imunisasi BCG

Pemberian   BCG  pada  bayi  diharapkan  dapat  memberikan  daya   lindung terhadap  penyakit  TB  yang  berat,  misalnya  meningitis  TB  dan TB  milier. Tuberkel  yang terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh respon imun tubuh  yang  didapat  dari  imunisasi  tersebut,  sehingga  akan  menyebabkan infeksi menjadi tenang dan mencegah terjadinya penyebaran. Imunitas timbul
6 - 8 minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga   masih   mungkin   terjadi  superinfeksi   meskipun   biasanya   tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat (FKUI, 1998).
3)  Riwayat Kontak

Menurut  Depkes  (2002),  sumber  penularan  TB  pada  anak  adalah orang dewasa  yang  menderita  TB  aktif (BTA  positif).  Anak-anak  sangat  rentan tertular bakteri TB dari orang dewasa, mengingat  daya tahan dan kekebalan tubuh anak yang lemah. Pada waktu berbicara, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar dalam beberapa jam. Kuman tersebut akan terhirup oleh orang disekitarnya termasuk anak-anak dan menyebar dari paru ke anggota tubuh lainnya, melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran TB pada 10-15 orang lainnya. Oleh karena itu seorang anak hendaknya dijauhkan dari penderita TB dewasa. Selain   itu   bila   ada   yang   menderita   TB,   maka   ia   harus   mendapatkan pengobatan dengan segera agar tidak menularkan pada anak-anak.


3.  TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi kabupaten Tasikmalaya.


Tujuan Khusus :

1.   Mengidentifikasi    status   gizi   anak   di   wilayah   kerja   Puskesmas  Ciawi

Kabupaten Tasikmalaya.

2.   Mengidentifikasi  status  imunisasi  anak  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Ciawi

Kabupaten Tasikmalaya.

3.   Mengidentifikasi riwayat kontak anak anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi

Kabupaten Tasikmalaya.

4.   Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
5.   Mengetahui  hubungan  antara  status  imunisasi  dengan  kejadian TB  anak  di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
6.   Mengetahui  hubungan  antara  riwayat  kontak  dengan  kejadian  TB anak  di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
7.   Mengetahui faktor mana yang paling dominan berhubungan dengan kejadian TB anak Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.


Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan ; diharapkan dapat memberikan informasi baik bagi   pihak   puskesmas    maupun   perawat   praktisi   dalam   upaya   mengatasi peningkatan  angka  kejadian  TB untuk  mempertimbangkan   faktor-faktor  yang paling berhubungan dengan kejadian TB anak, sehingga  intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak dengan TB dapat lebih optimal.
















4.  METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional yang  bertujuan untuk  mengetahui   hubungan  antara  status  gizi,  imunisasi  &  riwayat   kontak dengan  kejadian  tuberkulosis   pada  anak  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Ciawi kabupaten  Tasikmalaya,  dengan  menggunakan  pendekatan  Case  Control  yaitu

adanya kelompok kontrol terhadap kelompok kasus dimana anak yang menderita TB  sebagai  kelompok  kasus  dan yang  tidak  menderita  TB  sebagai  kelompok kontrol.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 3 bulan 5 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok sampel yaitu : Kelompok Kasus adalah anak yang baru didiagnosis TB (< 2 bulan) sebanyak 35 orang,  sedangkan  Kelompok  Kontrol  adalah  anak  yang  tidak  terdiagnosis  TB dalam 2 bulan terakhir  ini sebanyak  35 orang.  Sehingga  jumlah  sampel  secara keseluruhan adalah 70 orang.


Variabel Penelitian

Variabel indipendent dalam penelitian ini adalah : 1) status gizi, 2) imunisasi dan

3) riwayat kontak.

Variabel dependent adalah : kejadian TB pada anak.



Teknik Pengumpulan Data

Untuk  mengetahui  status  gizi  dan  imunisasi  diperoleh  dengan melihat kartu  KMS  (Kartu  Menuju  Sehat)  anak.  Sedangkan  riwayat  kontak  diperoleh melalui  wawancara.  Adapun  prosedur  pengumpulan  data  dalam  penelitian  ini dimulai dengan melakukan informed consent kepada responden tentang maksud dan tujuan dilakukan nya penelitian dan prosedur yang akan dilakukan, kemudian dilakukan wawancara dan pencarian data melalui kartu KMS.


Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul,  dilakukan pengolahan data terlebih dahulu  yang meliputi editing, koding (sesuai definisi operasional) dan tabulasi. Kemudian data dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tiga analisis, diantaranya yaitu :


1)  Analisis Univariat

Analisis  ini  dilakukan  untuk  menjelaskan  atau  mendeskripsikan karakteristik   masing-masing   variabel   yang   diteliti  sehingga   kumpulan   data tersebut dapat disederhanakan dan diringkas menjadi informasi yang berguna. Berdasarkan   jenis  data  pada  penelitian   ini  yaitu  data  kategorik,   maka  data dianalisis dengan menggunakan rumus prosentase sehingga pada penyajian  data berupa tabel distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-masing   variabel indipenden  : status gizi, imunisasi dan riwayat  kontak.  Selain  itu, juga variabel dependen : kejadian TB.

a)  Status Gizi

Analisis status  gizi anak berdasarkan hasil penimbangan rata-rata berat badan

2 (dua) bulan terakhir yang terdokumentasi dalam KMS anak. Kemudian dibandingkan dengan grafik standar baku WHO-NCHS (terlampir). Dan selanjutnya dikategorikan sebagai berikut :
0.  Gizi kurang     =  bila BB berada di dalam area garis putih

1.  Gizi baik         =  bila BB berada di bawah area garis putih

b)  Status Imunisasi

Status imunisasi dilihat dari KMS, dengan kategori :

0.   Tidak pernah, apabila anak tidak pernah mendapat imunisasi BCG

1.   Pernah, apabila anak pernah mendapat imunisasi BCG

c)   Riwayat Kontak

Riwayat kontak dikategorikan :

0.   Pernah,  apabila  anak  pernah  kontak  atau  berhubungan  dengan  orang dewasa yang menderita TB aktif.
1.  Tidak pernah, apabila anak tidak pernah kontak atau berhubungan dengan orang dewasa yang menderita TB aktif.


d)  Kejadian TB

0.   TB   (anak   yang   menderita   TB   di wilayah   kerja   Puskesmas   Ciawi

Kabupaten Sumedang)

1.   Tidak  TB  (anak  yang  tidak  menderita  TB  di  wilayah  kerja  Puskesmas

Ciawi Kabupaten Sumedang)


Setelah diketahui hasil dari keempat variabel diatas, selanjutnya dihitung presentase   setiap   kategori   masing-masing    variabel   bebas   tersebut  dengan
menggunakan rumus :    P =   f  x 100 %
n


Ket :    P = Persentase kategori setiap variabel dengan kriteria tertentu f = Banyaknya kategori tertentu
n = Jumlah seluruh anak yang diteliti



Kemudian masing-masing kategori dari keempat variabel akan dihitung frekuensi dan proporsinya dengan rumus proporsi/prosentase sebagai berikut :
P =   f   x 100 %
N

Keterangan :   P = Prosentase

f = Frekuensi kategori tertentu

N = Jumlah responden

Selanjutnya    hasil    perhitungan   tersebut    di    atas    diinterpretasikan    dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
0%                         :     Tak seorang pun responden

1%  - 25%            :     Sebagian kecil responden

26 % - 49 %          :     Hampir setengah responden

50%                       :     Sebagian responden

51% - 75%            :     Sebagian besar responden

76% - 99%            :     Hampir seluruh responden

100%                     :     Seluruh responden

2.   Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel. Jenis data pada penelitian ini baik variabel indipenden  : status gizi, imunisasi dan riwayat kontak,  maupun variabel dependen : kejadian TB adalah data kategorik sehingga  untuk menguji  hubungan  antara kedua variabel tersebut digunakan  uji Chi  Square  (X2)  dengan  derajat   kemaknaan   5% (alpha   0,05)   atau   tingkat

kepercayaan  95%,  selanjutnya  untuk kesimpulan  dilihat  nilai p value dari hasil Chi Square, dimana bermakna jika p value < 0,05. Pengujian korelasi dilakukan pada  masing-masing  variabel  status  gizi,  imunisasi  dan riwayat  kontak  dengan variabel   kejadian   TB.   Untuk   mengetahui   seberapa   besar   keeratan   variabel independen pada variabel dependen dihitung dengan nilai Odd Ratio (OR).

3.   Analisis Multivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat variabel independen yang paling signifikan hubungannya dengan variabel dependen. Analisis multivariat yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan regresi logistik dengan tingkat kepercayaan  95  %,    untuk  menganalisis  hubungan  semua  sub  variabel  dalam variabel  indipenden   yaitu  status  gizi,  imunisasi  dan  riwayat  kontak  dengan kejadian TB sebagai variabel dependen  kategorik  yang bersifat dikotom/binary. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik ini antara lain :
1)  Melakukan analisis bivariat dengan regresi logistik sederhana antara masing- masing variabel indipenden dengan variabel dependen. Bila hasil uji regresi logistik sederhana  p value kurang dari 0,25 (p value < 0,25) maka variabel tersebut masuk pemodelan.
2)  Mengeluarkan variabel yang yang mempunyai p value lebih dari 0,25 (p value

> 0,25).

3)  Setelah mendapat model yang memuat variabel yang berhubungan signifikan (p wald < 0,05), maka langkah terakhir melihat variabel yang paling dominan (nilai p yang paling kecil diantara variabel yang signifikan dengan cara mengeluarkan satu persatu yang memiliki p wald tertinggi sampai didapatkan variabel yang p wald nya < 0,05
4)  Uji interaksi dilakukan  hanya pada variabel  yang masuk pemodelan.  Jika p value < 0,05 berarti ada interaksi, namun jika p value  > 0,05 berarti tidak ada interaksi (Hastono, 2001).