1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB)
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Selain
itu, ditemukan
pula kuman Mycobacterium yang berbeda, yaitu Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. Tetapi dari berbagai jenis Mycobacterium,
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Di negara-negara
berkembang, kematian akibat Tuberkulosis merupakan
25 %
dari seluruh kematian,
yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan bahwa 95 % penderita Tuberkulosis berada di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara yang memiliki jumlah penderita TB terbanyak setelah India dan Cina (DepKes, 2002).
WHO memperkirakan
dari
setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat
130 penderita baru TB Paru dewasa bakteri tahan asam (BTA)
positif. Namun angka kejadian TB pada anak belum diketahui secara pasti karena sulitnya mendiagnosa
TB pada anak. Menurut Kartasasmita
(2002),
mengatakan bahwa seorang penderita
TB dewasa dengan BTA positif akan menularkan kepada 10 orang di lingkungannya terutama anak-anak. Sehingga bila
prevalensi TB
dewasa tinggi, tentu TB anak
pun akan tinggi pula. Dan oleh karena itulah, sangat penting mendeteksi
TB dewasa sehingga setiap
anak
yang mempunyai
resiko tertular dapat diberikan pencegahan.
Usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan penyakit TB. Angka penularan dan bahaya
penularan yang tinggi terdapat pada golongan umur
0-6
tahun
dan
golongan umur
7-14 tahun (Samallo, dalam
IKA-FKUI,
1998). Namun TB pada anak biasanya jarang diteliti dan cenderung diabaikan, padahal infeksi TB pada anak apabila tidak terdeteksi lebih dini dan tidak diobati dengan
baik dapat menyebabkan penderitaan
berkepanjangan bahkan menimbulkan kematian.
Pada anak,
kuman TB terutama
menyerang paru-paru (76%) dan kelenjar limfe (14%), sisanya kuman
tersebut dapat menyerang organ- organ lainnya seperti otak, tulang, ginjal, hati dan usus (Antono, 2002).
Menurut Beaglehole (1997), Long (1996), dan Whaley & Wong (1995), menyatakan
bahwa
faktor resiko yang dapat
menimbulkan
penyakit TB adalah
faktor genetik, malnutrisi (status gizi), imunisasi, riwayat kontak, dan lingkungan rumah.
Faktor genetik merupakan
faktor yang
berperan
kecil pada insidensi kejadian TB (Fletcher, 1992).
Kondisi malnutrisi akan menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu,
dengan penurunan daya
tahan tubuh
akan memudahkan
anak untuk terkena penyakit termasuk penyakit tuberkulosa (Crofton, Horne, & Miller, 1998). Imunisasi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya penyakit TB adalah imunisasi BCG.
Pemberian Imunisasi BCG meninggikan daya
tahan tubuh terhadap
infeksi oleh basil
tuberkulosis yang virulen,
sehingga jika anak tidak mendapatkan imunisasi BCG maka memungkinkan anak untuk terinfeksi kuman TB (Kartasasmita, 2002).
Ball & Blinder (1999)
menjelaskan bahwa TB dapat ditularkan melalui droplet. Jika seseorang mempunyai riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi TB, maka orang tersebut berpotensi untuk
terinfeksi juga terutama pada anak-anak (Whaley &
Wong, 1995). Selain itu, lingkungan rumah pun menurut Notoatmodjo (2003) dapat memberikan pengaruh terhadap status kesehatan penghuninya termasuk dalam penyebaran kuman TB. Lingkungan rumah yang
terkait dengan kejadian TB adalah meliputi lingkungan
fisik (ventilasi,
suhu, kelembaban, dan pencahayaan) dan
lingkungan sosial (kepadatan penghuni). Sehingga untuk mengetahui kondisi lingkungan
rumah tersebut memerlukan pemeriksaan yang khusus dan sulit untuk dilakukan karena memerlukan alat & waktu yang khusus.
Berdasarkan
studi
pendahuluan,
Wilayah
kecamatan
Ciawi –
kabupaten
Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang angka kejadian TB nya cukup tinggi.
Sehingga dikaitkan dengan konsep-konsep mengenai TB, maka
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis pada anak di
wilayah kerja Puskesmas Ciawi kabupaten Tasikmalaya.
Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara status gizi, imunisasi & riwayat kontak
dengan kejadian tuberkulosis pada
anak di wilayah
kerja Puskesmas Ciawi
kabupaten Tasikmalaya.
Definisi Konseptual dan Operasional a. Status Gizi
Definisi Konseptual
Status gizi adalah kondisi atau keadaan nutrisi seseorang dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa, 2002).
Definisi Operasional
Status gizi yang dimaksud dalam penelitian
ini hasil rata-rata penimbangan berat badan
2
bulan
terakhir sebelum dideteksi
TB untuk yang kasus dan kontrol yang dilihat dari KMS balita, kemudian dibandingkan dengan standar baku WHO-NCHS. Skala pengukuran Ordinal
kemudian dikategorikan sebagai berikut:
0. Gizi kurang = bila BB berada di dalam area garis putih
1. Gizi baik = bila BB berada di bawah area garis putih
b.
Imunisasi
Definisi Konseptual
Imunisasi merupakan cara yang penting untuk melindungi dan mencegah anak dari
suatu penyakit dengan
menimbulkan
zat imun
di dalam tubuh. Jenis Imunisasi yang
berhubungan dengan penyakit Tuberkulosa adalah BCG (UNICEF, 2002).
Definisi Operasional
Imunisasi
yang diteliti di dalam penelitian ini adalah untuk melihat
riwayat
imunisasi BCG
dengan melihat KMS. Skala pengukuran Ordinal dan dikategorikan:
0. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah mendapat imunisasi BCG
1. Pernah, apabila anak pernah mendapat imunisasi BCG
c. Riwayat kontak
Definisi Konseptual
Sumber penularan TB pada anak adalah orang
dewasa
yang menderita TB
aktif (BTA positif) (Depkes, 2002).
Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, riwayat kontak adalah jika anak ada kontak atau pernah berhubungan dengan orang dewasa yang menderita
TB aktif.
Skala pengukuran Ordinal, dengan kategori :
0. Pernah,
apabila anak pernah
kontak atau berhubungan
dengan orang dewasa yang menderita TB aktif.
1. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah kontak atau berhubungan dengan orang dewasa yang menderita TB aktif.
d.
Tuberkulosis
Definisi Konseptual
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (DepKes, 2002).
Definisi Operasional
Kejadian Tuberkulosis pada penelitian
ini adalah kejadian tuberkulosis
yang baru didiagnosa pada anak,
yaitu kurang dari 2 bulan. Skala pengukurannya ordinal, dengan kategori :
0. TB (anak
yang menderita TB di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
Kabupaten Sumedang)
1. Tidak
TB (anak
yang
tidak
menderita
TB di wilayah
kerja Puskesmas
Ciawi Kabupaten Sumedang)
Hipotesa :
1. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian tuberkulosis
2. Ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian tuberkulosis
3. Ada hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis
4. Ada hubungan
antara faktor yang
paling
dominan dengan kejadai n tuberkulosis
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Selain itu, ditemukan
pula kuman Mycobacterium yang berbeda, yaitu Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. Tetapi dari berbagai jenis Mycobacterium,
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia (DepKes, 2002).
Penyakit TB pada anak merupakan penyakit sistemik yang dapat bermanifestasi pada
berbagai organ, baik
organ paru maupun ekstra paru. Penyakit TB pada anak di dapatkan dari penularan oleh orang dewasa. Penularan dari orang dewasa yang menderita TB ini, biasanya melalui inhalasi butir sputum penderita yang mengandung kuman TB, ketika penderita dewasa batuk, bersin atau berbicara (Heinz, 1993).
Diagnosis TB pada anak
Diagnosis paling tepat untuk menentukan penyakit TB adalah dengan ditemukannya kuman TB
dari
bahan
yang
diambil
dari
penderita,
misalnya sputum, bilas
lambung,
biopsi, dan lain-lain.
Namun pada anak,
hal ini sangat sulit dan
jarang didapatkan hasilnya, sehingga sebagian besar diagnosis TB
anak didasarkan
atas gambaran klinis, foto thoraks rongent dan uji tuberkulin.
Klein dan Isseman (1998, dalam Rosmayudi, 2002), menjelaskan TB dapat didiagnosis bila ditemukan 2 atau lebih hal berikut ini : 1) Ada riwayat kontak erat dengan kasus TB baik diketahui maupun suspek, 2) Gambaran
radiologik mengarah ke TB,
3) Tes
tuberkulin posistif,
4) BTA positif, 5) Batuk > 2 minggu, 6) Kemungkinan respon terhadap
pemberian obat anti TB (berat badan naik 10% setelah
pengobatan 2
bulan, gejala menurun), 7) Reaksi cepat BCG, yaitu timbul kemerahan di lokasi suntikan dalam 3-7 hari setelah imunisasi, dan
8) Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang spesifik.
Gejala Umum TB pada anak
1) Asymptomatis
2) Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut
tanpa sebab
yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah
dengan penanganan gizi yang baik, nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh (failure to thrive).
3) Demam lama atau berulang tanpa sebab
yang jelas (bukan thypoid,
malaria
atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
4) Pembesaran kelenjar
limfe superfisialis yang tidak sakit,
biasanya multipel, paling sering muncul di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha (inguinal)
5) Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya
batuk lama lebih dari
30 hari (setelah
disingkirkan
sebab
lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada
6) Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang
tidak sembuh dengan pengobatan
diare,
benjolan
(massa)
di abdomen,
dan tanda-tanda cairan dalam abdomen
Faktor-faktor yang beresiko terjadinya kejadian TB :
Menurut Beaglehole (1997), Long (1996), dan Whaley &
Wong (1995), menyatakan
bahwa
faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit TB adalah faktor genetik, malnutrisi, imunisasi,
riwayat
kontak,
dan lingkungan
rumah. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah mengenai malnutrisi (status gizi), status imunisasi, dan riwayat kontak.
1) Status Gizi
Status gizi pada anak sangat penting, karena status gizi yang baik akan meningkatkan daya
tahan dan kekebalan
tubuh anak,
sehingga
anak tidak mudah menderita penyakit
TB. Dan bila terinfeksi
pun, anak dengan status gizi yang baik cenderung menderita TB ringan dibandingkan dengan yang gizi buruk.
Menurut Markum (1991), pada anak yang mengalami kekurangan
gizi akan menimbulkan penurunan daya
tahan tubuh
hal ini disebabkan
pada anak dengan kekurangan energi dan protein akan terjadi penurunan sintesis asam amino, selain itu juga akan
terjadi
perubahan
dalam
sel mediator
imunitas,
dalam fungsi bakterisidal netropil dan system komplemen dalam respon Ig
A. sekresi
Ig A yang rendah
bersamaan
dengan penurunan imunitas makrosa akan memudahkan kolonisasi dan kontak
antara
mikroorganisme pathogen dan sel epitel.
2)
Imunisasi BCG
Pemberian
BCG pada bayi
diharapkan dapat memberikan
daya lindung terhadap penyakit TB
yang berat, misalnya
meningitis
TB dan TB milier. Tuberkel yang terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh respon imun tubuh yang
didapat dari imunisasi
tersebut, sehingga
akan
menyebabkan infeksi menjadi tenang dan mencegah terjadinya penyebaran. Imunitas timbul
6 - 8 minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga
masih
mungkin
terjadi superinfeksi meskipun biasanya
tidak progresif dan
menimbulkan komplikasi yang berat (FKUI, 1998).
3)
Riwayat Kontak
Menurut
Depkes (2002), sumber penularan TB
pada anak adalah orang dewasa yang
menderita
TB aktif (BTA positif). Anak-anak
sangat
rentan tertular bakteri TB dari orang dewasa, mengingat daya tahan dan kekebalan tubuh anak yang lemah. Pada waktu berbicara, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan hidup di
udara pada suhu kamar dalam beberapa jam. Kuman tersebut akan terhirup oleh orang disekitarnya termasuk anak-anak dan menyebar dari paru ke anggota tubuh lainnya, melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran TB pada 10-15 orang lainnya. Oleh karena itu seorang anak hendaknya dijauhkan dari penderita TB
dewasa. Selain itu bila
ada yang menderita TB, maka ia harus mendapatkan pengobatan dengan segera agar tidak menularkan pada anak-anak.
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi kabupaten Tasikmalaya.
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi status gizi anak di wilayah kerja Puskesmas
Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya.
2. Mengidentifikasi
status
imunisasi
anak di
wilayah
kerja Puskesmas
Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya.
3. Mengidentifikasi riwayat kontak anak anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya.
4. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
5. Mengetahui hubungan antara status imunisasi
dengan
kejadian TB
anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
6. Mengetahui hubungan
antara riwayat
kontak
dengan kejadian TB anak
di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
7. Mengetahui faktor mana yang paling dominan berhubungan dengan kejadian TB anak Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan ; diharapkan dapat memberikan informasi baik bagi pihak puskesmas
maupun perawat praktisi dalam upaya mengatasi peningkatan angka
kejadian
TB untuk
mempertimbangkan faktor-faktor yang paling berhubungan dengan kejadian TB anak, sehingga intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak dengan TB dapat lebih optimal.
4. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional yang
bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara
status
gizi,
imunisasi & riwayat kontak dengan
kejadian tuberkulosis pada anak
di wilayah
kerja Puskesmas
Ciawi kabupaten Tasikmalaya, dengan menggunakan pendekatan
Case
Control
yaitu
adanya kelompok kontrol terhadap kelompok kasus dimana anak yang menderita TB sebagai
kelompok
kasus dan yang tidak menderita
TB sebagai kelompok kontrol.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 3 bulan – 5 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok sampel yaitu : Kelompok Kasus adalah anak yang baru didiagnosis TB (< 2 bulan) sebanyak 35 orang,
sedangkan Kelompok Kontrol adalah anak yang tidak terdiagnosis
TB dalam 2 bulan terakhir ini sebanyak
35 orang. Sehingga jumlah sampel
secara keseluruhan adalah 70 orang.
Variabel Penelitian
Variabel indipendent dalam penelitian ini adalah : 1) status gizi, 2) imunisasi dan
3) riwayat kontak.
Variabel dependent adalah : kejadian TB pada anak.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengetahui status gizi dan
imunisasi
diperoleh
dengan melihat kartu KMS (Kartu
Menuju Sehat)
anak. Sedangkan
riwayat
kontak
diperoleh melalui
wawancara.
Adapun prosedur pengumpulan data
dalam penelitian
ini dimulai dengan melakukan informed consent kepada responden tentang maksud dan tujuan dilakukan nya penelitian dan prosedur yang akan dilakukan, kemudian dilakukan wawancara dan pencarian data melalui kartu KMS.
Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data terlebih dahulu yang meliputi editing, koding (sesuai definisi operasional) dan tabulasi. Kemudian data dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tiga analisis, diantaranya yaitu :
1) Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan
untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti sehingga kumpulan data tersebut dapat disederhanakan dan
diringkas menjadi informasi yang berguna. Berdasarkan
jenis
data pada
penelitian ini
yaitu
data kategorik, maka
data dianalisis dengan menggunakan rumus prosentase sehingga pada penyajian data berupa tabel distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-masing variabel indipenden : status gizi, imunisasi dan riwayat kontak. Selain
itu, juga variabel dependen : kejadian TB.
a)
Status Gizi
Analisis status gizi anak berdasarkan hasil penimbangan rata-rata berat badan
2 (dua) bulan terakhir yang terdokumentasi dalam KMS anak. Kemudian dibandingkan dengan grafik standar baku WHO-NCHS (terlampir). Dan selanjutnya dikategorikan sebagai berikut :
0. Gizi kurang = bila BB berada di dalam area garis putih
1. Gizi baik = bila BB berada di bawah area garis putih
b)
Status Imunisasi
Status imunisasi dilihat dari KMS, dengan kategori :
0. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah mendapat imunisasi BCG
1. Pernah, apabila anak pernah mendapat imunisasi BCG
c) Riwayat Kontak
Riwayat kontak dikategorikan :
0. Pernah, apabila
anak pernah kontak atau
berhubungan
dengan
orang dewasa yang menderita TB aktif.
1. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah kontak atau berhubungan dengan orang dewasa yang menderita TB aktif.
d)
Kejadian TB
0. TB (anak yang menderita TB di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
Kabupaten Sumedang)
1. Tidak
TB (anak yang
tidak menderita TB
di wilayah
kerja
Puskesmas
Ciawi Kabupaten Sumedang)
Setelah diketahui hasil dari keempat variabel diatas, selanjutnya dihitung presentase setiap kategori masing-masing
variabel bebas tersebut dengan
menggunakan rumus : P = f x 100 %
n
Ket : P = Persentase kategori setiap variabel dengan kriteria tertentu f = Banyaknya kategori tertentu
n = Jumlah seluruh anak yang diteliti
Kemudian masing-masing kategori dari
keempat variabel akan dihitung frekuensi dan proporsinya dengan rumus proporsi/prosentase sebagai berikut :
P = f x 100 %
N
Keterangan : P = Prosentase
f = Frekuensi kategori tertentu
N = Jumlah responden
Selanjutnya hasil perhitungan
tersebut di atas diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
0% : Tak seorang pun responden
1% - 25%
:
Sebagian kecil responden
26 % - 49 %
:
Hampir setengah responden
50%
:
Sebagian responden
51% - 75% :
Sebagian besar responden
76% - 99% :
Hampir seluruh responden
100%
:
Seluruh responden
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel. Jenis data pada penelitian ini baik variabel indipenden
:
status gizi, imunisasi dan riwayat kontak, maupun variabel dependen : kejadian TB adalah data kategorik sehingga untuk menguji hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan
uji
Chi Square (X2) dengan
derajat kemaknaan 5% (alpha 0,05) atau tingkat
kepercayaan
95%, selanjutnya untuk kesimpulan
dilihat
nilai p value dari hasil Chi Square, dimana bermakna jika p value < 0,05. Pengujian korelasi dilakukan pada
masing-masing
variabel status gizi,
imunisasi
dan riwayat
kontak dengan variabel kejadian TB.
Untuk mengetahui seberapa besar keeratan
variabel independen pada variabel dependen dihitung dengan nilai Odd Ratio (OR).
3. Analisis Multivariat
Analisis ini
bertujuan untuk melihat variabel independen yang paling signifikan hubungannya dengan variabel dependen. Analisis multivariat yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan regresi logistik dengan
tingkat kepercayaan
95 %, untuk menganalisis
hubungan semua
sub
variabel
dalam variabel indipenden yaitu
status gizi, imunisasi dan riwayat kontak
dengan kejadian TB sebagai variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom/binary. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik ini antara lain :
1) Melakukan analisis bivariat dengan regresi logistik sederhana antara masing- masing variabel indipenden dengan variabel dependen. Bila hasil uji regresi
logistik sederhana
p value kurang dari 0,25 (p value < 0,25) maka variabel tersebut masuk pemodelan.
2) Mengeluarkan variabel yang yang mempunyai p value lebih dari 0,25 (p value
> 0,25).
3) Setelah mendapat model yang memuat variabel yang berhubungan signifikan (p wald < 0,05), maka langkah terakhir melihat variabel yang paling dominan (nilai p yang paling kecil diantara variabel yang signifikan
dengan cara mengeluarkan satu persatu yang
memiliki p wald tertinggi sampai didapatkan variabel yang p wald nya < 0,05
4) Uji
interaksi dilakukan hanya pada variabel
yang masuk pemodelan. Jika p value < 0,05 berarti ada interaksi, namun jika p value
>
0,05 berarti tidak ada interaksi (Hastono, 2001).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar